Jumat, 10 Agustus 2012
Diposting oleh Eri Yudo Triwibowo di 07.01 0 komentar
Kamis, 09 Agustus 2012
Papaku
Tunanganku
Sepulang kuliah aku bergegas pulang.
Dengan rasa harap ada balasan pesan dari Izal. Izal adalah kenalanku di
facebook satu tahun silam setelah aku pindah di Padang.
“Tania
mau kemana ? buru-buru amat ?”
“Aku
cabut dulu Nin. Biasalah anak muda,” jawabku dengan senyum terpaksa.
Dengan langkah
kuda ku lewati jalan yang lebarnya hanya setengah meter. Maklumlah rumahku
berada di kota
yang padat penduduknya.
Lima belas menit berlalu. Cepat cepat ku sambar
laptop dan kubuka akun facebook ku.
Hhhuhh. Aku
menghela nafas panjang.
“Tania ada telfon buat kamu,” teriak
mama memecahkan lamunanku.
“Iya ma, bentar.”
“Halo Tania,” terdengar suara Izal
yang begitu manis.
“Hai Zal tumben telfon aku.”
“Tumben ? bukannya hampir tiap hari
aku telfon kamu ya ?”
“Oh eh iya. Lupa…,” jawabku.
“Tan..?”
“Iya Zal. Ada apa?”
“Iya Zal. Ada apa?”
“Maaf
ya aku sibuk banget hari ini. Aku gak bisa ketemu kamu”, kata Izal terdengar begitu menyesal.
“Gak
papa kok. Mungkin lain kali,”jawabku dengan nada manis.
Ini bukan kali
pertama aku kecewa sama Izal. Sejak tahun kenalan aku memang belum pernah
bertemu dengannya. Aku pun gak berani cerita cerita sama mama. Anehnya,
meskipun belum pernah bertemu, aku mengaguminya. Fotonya di facebook yang
membuat aku menaruh hati pada laki laki yang usianya jauh diatasku.
Drrrt.. drrrt. Ponsel ku bunyi.
“ke rumah Vicka sekarang yuk. Ntar gue
jemput”
Message dari Fara
dengan gaya
metropolitannya.
Hampir setengah jam aku duduk di teras menunggu
Fara. Klakson mobil yang memekakkan telinga itu pun terdengar.
“Kenapa muka lo asem banget?”
“Ini nih….”
“Izal lagi ? udah deh lupain
dia,”sambar Fara.
“Tapi Far? Aku terlanjur suka sama
Izal.”
“Apa
sih yang lo suka dari dia ? hubungan lo itu gak jelas,” kata Fara dengan nada
tinggi.
Aku berusaha diam dan
mengalihkan pembicaraan. Aku gak pernah mikir macam-macam tentang Izal. Yang
aku tahu dia itu laki-laki perfect dan perhatian sama aku. Ya sih hubunganku
belum jelas, tapi Izal adalah sosok mengagumkan yang selama ini gak pernah mau
pergi dari bayanganku.
“Lo marah Tan ?” tanya Fara memecah
kesunyian.
“Gak kok. Eh ntar siapa aja Far?”
Tanpa menjawab
lontaranku Fara menepikan mobil merahnya. Persis didekat café tak jauh dari
kampus kami. Tanpa banyak bicara Fara keluar dan menuju pintu café itu. Aku pun
mengikuti langkahnya. Mukaku terlihat bingung seperti anak TK yang mengikuti
jejak mamanya.
“Muka
lo biasa aja kali Tan. Jangan kebingungan kayak gitu,” kali pertama Fara mengajakku
bicara selepas keluar dari mobil.
“Kok disini sih? Katanya ngerjain
tugas dari dosen amatiran itu?” jawabku masih kebingungan.
Tak ada jawaban
dari siappun yang duduk satu meja denganku.
Aku melihat ponsel. Tak ada satu pun message dari Izal.
Pandanganku pun
akirnya terarah pada dua orang yang duduk di pojok café. Entah apa yang aku
pikirkan. Aku membayangkan sosok itu adalah aku dan Izal. Sekitar lima belas menit tak
kulepaskan pandanganku dari mereka.
“Tan, Lo liat apaaan sih ?”, kata Vicka
sambil mengambil minumanku.
Tanpa banyak basa
basi aku mengajak fara pulang. Alasannya simple sih. Kali ini Fara langsung
mengiyakan ajakanku.
Aku langsung turun
dari mobil tanpa menyuruh Fara mampir
dulu ke rumah.
“Ma, mama kenapa ?”, tanyaku pada mama
yang terlihat menangis.
“Mama gak papa kok sayang,”sambil
tersenyum kecil ke arahku.
Aku tahu wajah
mama terlihat penuh kerinduan. Sama siapa lagi kalau bukan sama papa. Papa
meninggalkan kami waktu aku berumur lima
bulan. Sampai saat ini pun aku belum pernah melihat mama menggandeng laki-laki
lain pengganti papa.
Aku bergegas masuk
ke kamar. Untuk kali ini wajahku tak terlihat murung seperti mama.
“Tania
aku berniat untuk tunangan sama kamu. Untuk kali pertama kita bertemu, aku
pengen menjadikanmu orang yang special di hidupku.”
Kubaca message
dari Izal dengan rasa haru. Air mataku berlarian keluar bersama kegembiraan
yang kurasakan. Aku menceritakan ini semua sama mama. Entah apa yang dipikirkan
mama. Dia tampak begitu yakin sama Izal, meskipun belum pernah bertemu. Mama
menyuruhku menerima tunangan itu.
Tepat pada hari
yang dijanjikan Izal di sebuah restoran mahal, aku dan mama bergegas menuju ke sana. Setengah jam kami
duduk manis disana. Izal tak kunjung nampak batang hidungnya.
Aku melihat laki-laki
keluar dari mobil sport putih memakai jas dan dasi. Posisi mama membelakangi
pintu sehingga tak melihatnya. Aku berharap itu adalah Izal. Dia pun
menghampiri kami dengan senyum yang benar-benar manis.
Belum sempat
berjabat tangan, aku melihat air mata mama pecah. Izal pun terbelalak melihat
mama. Suasana berubah menjadi sunyi. Aku bingung dengan apa yang harus
kulakukan.
Mama langsung
menggandeng tanganku dan mengajakku pergi.
Aku heran, tak ada sedikitpun usaha Izal untuk mengejar kami.
Sesampainya
dirumah mama memelukku. Air matanya tak kunjung berhenti. Aku pun ikut menangis
seakan tahu perasaan mama. Aku menatapnya dan menghapus air matanya.
“Sayang maafin mama ya?”, kata mama
sambil terus memelukku.
“Ada
pa ma, mama gak setuju aku sama Izal ? gak papa kok mama,” jawabku berharap
mama berhenti menangis.
“Izal itu papamu sayang.”
Mendengar kata
itupun aku tak sanggup menjawab. Tubuhku lemas. Mama semakin erat memelukku.Aku
tahu perasaan mama sama sakitnya dengan perasaanku. Aku tak menyangka laki laki
yang aku kagumi selama ini adalah papaku. Dan untuk pertama kali aku bertemu
dengannya, dia adalah calon tunanganku.
Aku berusaha
menerima semuanya. Harapanku tentang Izal kini ku kubur dalam-dalam. Ku jalani
kehidupan normal ku kembali tanpa Izal, papaku.
Diposting oleh Eri Yudo Triwibowo di 08.23 0 komentar
Selasa, 20 Maret 2012
UJIAN PRAKTEK
Planning saya setelah lulus dari SMA 1 GEGER ingin melanjutkan kuliah ke Universitas Sebelas Maret (UNS) mengambil jurusan Ilmu Komunikasi atau Sosiologi, cita-cita saya pertama pasti ingin membahagiakan kedua orang tua dan cita-cita pribadi ingin menjadi seorang jurnalis/wartawan. keinginan ini muncul karena saya sangat menyenangi pekerjaan yang berbau sosial.
Kesan : Dari hati yang paling dalam, saya sangat bersyukur telah bersekolah selama 3 tahun di sekolah tercinta ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada guru-guruku yg telah sabar dan ikhlas membimbing kami. kepada teman-temanku jangan pernah melupakan pertemanan ini. ingat persahabatan bagai kepompong. caww. ;-)
Kesan : Dari hati yang paling dalam, saya sangat bersyukur telah bersekolah selama 3 tahun di sekolah tercinta ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada guru-guruku yg telah sabar dan ikhlas membimbing kami. kepada teman-temanku jangan pernah melupakan pertemanan ini. ingat persahabatan bagai kepompong. caww. ;-)
Diposting oleh Eri Yudo Triwibowo di 21.47 0 komentar
Selasa, 10 Januari 2012
Penerimaan Siswa Baru Arena Mengadu Nasib dan Sarat Resiko KKN
Pak Budi adalah seorang guru Biologi di sebuah SLTP Negeri Favorit di Kecamatan C, Kabupaten Garut. Guru tersebut adalah guru yang masih mempunyai idealisme yang tinggi baik dalam bekerja atau menjalankan kehidupannya sehari-hari. Ia ingin segala sesuatunya sesuai dengan koridor dan peraturan serta tidak menentang sariat agama. Istiqomah, konsisten dan lurus dalam bertindak. Namun selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 ia harus dihadapkan pada kenyataan yang pahit. Bertentangan dengan hati nuraninya.
Diposting oleh Eri Yudo Triwibowo di 00.52 0 komentar
Membangun Masa Depan Indonesia Berbasis Moral ( Sebuah Renungan )
Pendidikan dewasa ini, disadari atau tidak mengalami distorsi yang sangat mengkhawatirkan. Di satu sisi kita telah membuat kurikulum yang menurut pemikiran kita sangat diharapkan memiliki kehandalan dalam peningkatan intelektualitas, namun di sisi lain perilaku anak didik kita pada umumnya mengalami hal yang tidak menggembirakan.
Diposting oleh Eri Yudo Triwibowo di 00.44 0 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)